Pembangunan ekonomi menyerupai seni meracik parfum. Ada top notes yang cepat tercium namun mudah pudar; middle notes yang memberi tubuh dan keseimbangan; serta base notes yang menetap lama, menjadi jangkar dan identitas. Demikian pula perjalanan sebuah bangsa dalam rantai nilai global: dari perbaikan efisiensi, ke penguasaan industri menengah, hingga fondasi abadi berupa inovasi dan pengetahuan.
Tiongkok memulai dengan top notes buruh murah dan ekspor barang sederhana pada 1980–1990-an. Namun ia segera melapisi aroma itu dengan middle notes berupa infrastruktur raksasa, pendidikan teknis, serta industri baja dan elektronik. Hari ini, base notes-nya berakar kuat: inovasi teknologi, merek global, dan kapasitas riset yang membuat kehadirannya bertahan dalam ekonomi dunia. Seperti parfum yang terstruktur dengan baik, aroma Tiongkok kini tidak lagi sesaat, melainkan berlapis dan mendalam.
ASEAN, sebaliknya, masih memegang botol yang rapuh. Top notes-nya segar: garmen Vietnam, elektronik Malaysia, otomotif Thailand, sawit Indonesia. Namun kesegaran ini berisiko cepat hilang bila tak diperkuat. Middle notes mulai tumbuh — Singapura dengan layanan finansial dan digital, Penang dengan semikonduktor, Vietnam dengan elektronik — tetapi harmoni antarnegara belum utuh. Base notes inovasi, merek global, dan riset orisinal masih samar, membuat kawasan ini rentan terjebak dalam middle-income trap: aroma yang nyaman, tapi tak pernah mendalam.
Dari sini lahir pelajaran bagi ASEAN. Pertama, infrastruktur konektif harus diperkuat agar kawasan menjadi satu kesatuan ekonomi, bukan pasar yang terfragmentasi. Kedua, modal manusia harus diperkaya — bukan hanya buruh cekatan, tapi juga desainer, insinyur, peneliti. Ketiga, klaster industri regional perlu ditumbuhkan dan dihubungkan, sehingga tiap negara menyumbang nada unik dalam simfoni yang lebih besar. Keempat, perusahaan domestik harus berani naik kelas ke desain, merek, dan R&D, bukan sekadar menjadi subkontraktor. Kelima, keterbukaan pada modal asing perlu diimbangi dengan strategi alih teknologi dan otonomi. Dan keenam, institusi regional mesti diperkuat agar sepuluh suara bisa berpadu menjadi satu aroma yang bergaung.
Tantangan ASEAN adalah menyusun parfum pembangunan yang tidak hanya menyegarkan, tetapi juga bertahan. Mencapai ketahanan itu berarti menyusun lapisan demi lapisan: dari top notes yang menarik, ke middle notes yang solid, hingga base notes yang abadi. Upgrading ekonomi bukan hanya soal mengejar pertumbuhan, tetapi bagaimana ia ditata agar berlapis, bertahan, dan bermakna. Hanya dengan begitu, aroma pembangunan ASEAN akan bertahan melampaui musim, meninggalkan kesan yang tak mudah hilang di panggung dunia.
Images from Aaron Boucicault and openclipart