Para Peracik

peracik ekonomi
resep pembangunan
Author

Tedy Herlambang

Published

September 8, 2025

Parfum tak pernah sekadar benda dagangan, melainkan sebuah cara hadir di dunia—jejak tak kasatmata yang melayang di udara, membalut tubuh dengan pesona, dan menghidupkan kenangan yang tersimpan jauh di lubuk jiwa. Selama berabad-abad, ia dipandang sebagai kabut magis yang membawa misteri, menjembatani yang fana dengan yang abadi.

Dalam ruang kerja yang dipenuhi asap dupa dan wewangian tumbuhan langka, para peraciknya mencari harmoni antara api dan udara, antara cairan dan cahaya, seolah-olah setiap tetes adalah percobaan kecil menuju keabadian.

Mandala

Hanya segelintir orang yang diizinkan menyentuhnya, kecuali membayar dengan emas yang setara dengan janji transformasi: setetes wangi yang menjanjikan bukan sekadar aroma, melainkan sehela nafas dari yang ilahi.

Lain halnya dengan beberapa “peracik” ekonomi dunia. Mereka menawarkan resep pembangunan seolah-olah universal: privatisasi, deregulasi, disiplin fiskal, liberalisasi perdagangan. Ramuan yang diklaim netral, seakan bisa dituangkan ke setiap bangsa, tanpa memandang sejarah, budaya, atau luka kolektif yang membentuknya. Hasilnya, alih-alih esensi ilahi, yang lahir adalah runtuhnya industri dan generasi yang dipaksa menelan obat pahit demi kepentingan kreditor dan menyenangkan pasar global.

Di sinilah kontras itu tampak jelas. Para perfumer sejati tahu bahwa setiap wangi hanya hidup dalam proporsi yang tepat, dalam pertemuan unik antara bunga, resin, dan udara. Tidak ada formula tunggal; setiap parfum adalah kisah yang tumbuh dari konteksnya sendiri. Demikian pula pembangunan ekonomi: ia bukan dogma yang dipaksakan, melainkan seni menata unsur-unsur—institusi, budaya, pengetahuan lokal, solidaritas sosial—hingga tercipta harmoni yang menyuburkan kehidupan.

Maka “resep” pembangunan seharusnya bukan serangkaian perintah kaku yang sama bagi semua, melainkan sebuah komposisi yang peka pada keragaman, yang menghormati keseimbangan antara efisiensi dan keadilan, antara pertumbuhan dan keberlanjutan. Seperti parfum yang memikat karena perpaduan halus dari unsur yang berbeda, pembangunan sejati lahir dari sintesis kreatif: menggabungkan pasar dan negara, tradisi dan inovasi, lokalitas dan globalitas. Inilah alkimia yang sesungguhnya—bukan pengendalian demi kuasa, melainkan transformasi yang mengangkat martabat manusia.

Images from Laura Chouette and openclipart