John Maynard Keynes, ekonom besar Inggris, pernah mengatakan apa yang membuatnya tertarik pada ilmu ekonomi; katanya, hal tersebut karena merupakan ‘ketelitian intelektual yang dipadukan dengan potensinya untuk kebaikan’.
Ia memperlakukan mata pelajaran ekonomi sebagai ilmu moral yang tujuannya adalah untuk memahami perilaku ekonomi dan dengan demikian mampu merancang kebijakan untuk mewujudkan hal tersebut. ‘Potensi kebaikan’ inilah yang menarik begitu banyak ekonom untuk mempelajari ekonomi pembangunan.
Agar sebuah negara miskin dapat mengalami laju pembangunan ekonomi dan sosial yang lebih cepat, negara tersebut memerlukan masyarakat yang berpendidikan, partisipasi yang adil antara perempuan dan laki-laki dalam angkatan kerja, dan yang terpenting, masyarakat yang bergizi baik, sehat dan bebas dari penyakit-penyakit yang melemahkan yang berdampak buruk terhadap kehidupan dan produktivitas banyak orang.
Pembentukan sumber daya manusia di negara-negara berkembang menjadi penting. Investasi pada sumber daya manusia mempunyai berbagai bentuk, termasuk pengeluaran untuk pendidikan yang diselenggarakan secara formal (baik pemerintah maupun swasta), pelatihan di tempat kerja dan kelembagaan, program studi dan pendidikan orang dewasa, program gizi yang didanai pemerintah untuk menjaga masyarakat tetap sehat dan produktif selama masa kerja mereka dan pengeluaran untuk fasilitas kesehatan untuk pencegahan dan pengobatan penyakit.
Ketika membandingkan negara kaya dan negara miskin, ekonomi mencari variasi dalam kedua kasus tersebut. Jika kedua negara tersebut hampir sama dalam semua hal, kecuali satu hal, misalnya kualitas sumber daya manusia atau tata kelola pemerintahan, maka kita dapat menyimpulkan bahwa faktor ini mungkin menjadi penyebab perbedaan ekonomi di antara kedua negara tersebut.
Jadi konsep dan alat analisis ekonomi akan berfungsi dengan baik bila sesuatu dapat dipertahankan konstan. Namun bagaimana jika penyebabnya adalah akibat dari hasil? Misalnya, institusi dan tata kelola sangat dipengaruhi oleh tingkat pembangunan ekonomi. Seseorang dapat menerapkan teknik statistik untuk mengisolasi dampak kausal dari institusi terhadap perekonomian (juga dikenal dalam istilah teknis sebagai “perlakuan endogenitas”). Namun teknik seperti itu tidak “menyelesaikan” fakta bahwa kedua variabel tersebut secara intrinsik saling bergantung.
Ekonom biasanya meregresikan skor korupsi terhadap PDB per kapita untuk menilai hubungan antara korupsi dan pembangunan ekonomi. Menurut kebijaksanaan konvensional, korupsi merugikan pertumbuhan ekonomi. Analisis regresi dengan data lintas negara menunjukkan korelasi yang kuat antara korupsi dan kemiskinan. Bagi lembaga-lembaga pembangunan dan banyak akademisi, pemberantasan korupsi merupakan prasyarat bagi pembangunan ekonomi.
Bagaimana jika variabel penyebab dan konsekuensinya adalah target bergerak yang berubah seiring berjalannya waktu? Bahwa tingkat korupsi bergerak seiring dengan pergerakan perekonomian dan pertumbuhan ekonomi. Di dalam realitas pembangunan politik-ekonomi hampir segala sesuatunya bergerak. Bisakah kita memahami kenyataan ini tanpa berusaha menjaga segala sesuatunya tetap konstan?
Konon dari semua bunga, mawar adalah yang paling dicintai secara universal terutama karena wanginya, tampilan yang cantik dan warna menawan. Konon pula, ada seorang raja yang memenuhi kanal-kanal tamannya dengan air mawar. Ketika salah satu putri sedang keluar mendayung, dia melihat sampah aneh di permukaan kanal yang ketika disaring ternyata merupakan parfum baru yang menakjubkan. Sampah tersebut disebabkan oleh panas matahari yang memisahkan air dari minyak esensial mawar.
Pada saat bau busuk menyebar ke masyarakat, diperlukan awan asap yang berbau harum untuk menutupinya. Ketika aroma udara sangat buruk para pembesar membawa sapu tangan dan wangi-wangian untuk menyamarkan bau tersebut. Korupsi, kolusi dan penyalahgunaan kekuasaan telah memicu ketidakpuasan masyarakat. Bagaimanakah cara memisahkan minyak esensial mawar dari air kanal?
Images from Ivan Jevtic on Unsplash, and openclipart